Di ambil dari buku “Dahsyatnya Sabar” semoga bisa
menginspirasi banyak orang.
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa, menuju khalifah Umar
Bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah karena tak tahan dengan kecerewetan
istrinya. Sebagai seorang suami dan laki-laki, ia merasa diremehkan dan
diinjak-injak harga dirinya.
Begitu sampai di depan rumah khalifah Umar, orang tersebut
mengucapkan salam dan menunggu khalifah membuka pintu rumahnya. Saat menunggu,
laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah, terdengar istri Umar sedang mengomel.
Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah
kata pun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan
istrinya yang sedang gundah. Akhirnya, lelaki itu mengurungkan niatnya, batal
melaporkan istrinya pada Umar.
Umar keluar dari rumahnya untuk menemui sang tamu. Ia tidak
mendapatkan seorang pun di sana, ternyata sang tamu sudah meninggalkan pintu
rumahnya. Karena orang tersebut masih kelihatan oleh Umar, maka ia
memanggilnya. “Ada perlu apa wahai saudaraku?” tanya Umar setelah orang itu
balik lagi kepadanya.
“Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu hendak
menyampaikan keluhanku tentang perilaku istriku yang kurang baik dan kurang
menghormatiku. Begitu lancang mulutnya merendahkanku. Namun, tatkala aku
mendengar suara istrimu dengan suara tinggi memarahimu, sedang engkau tidak
membantah sedikitpun, aku segera berbalik tidak jadi melapor. Aku malu pada
diriku sendiri. Itu kondisimu dengan istrimu, padahal engkau seorang pemimpin
negara. Bagaimana dengan aku ini, hanya rakyat biasa”.
Umar menasihati, “Wahai saudaraku, aku bersabar terhadap
istriku, karena itu haknya. Dialah yang menyiapkan makanan untukku, mencuci dan
membersihkan pakaianku, yang menyusui anak-anakku. Padahal, semua itu bukanlah
kewajibannya. Apalagi aku merasa damai bersama dirinya, karena dialah yang
menyelamatkan aku dari perbuatan yang haram. Aku bersabar karena semua hal
tersebut”.
Orang itu menjawab, “wahai amirul mukminin, seperti itu juga
sebenarnya yang telah diperbuat istriku kepadaku”. Umar memberi nasihat,
“Sabarlah kamu, semua itu tidak akan lama”.
Jika dalam kehidupan rumah tangga mengalami konflik, sikap
seperti khalifah Umar itulah yang patut kita jadikan contoh, bukannya saling
membela diri dan masing-masing ingin menang sendiri. Sebagai suami istri,
alangkah mulianya jika kedua belah pihak saling mengerti satu sama lain dan
saling menutupi kekurangn dan kelemahan pasangannya.
Apa yang membuat seorang Umar bin Khathab yang disegani kawan
maupun lawan berdiam diri saat istrinya ngomel dan marah-marah? Mengapa ia
hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Khalifah Umar berdiam diri karena ingat 5 fungsi istrinya
yaitu :
- Menundukan Pandangan
- Pemelihara Rumah
- Penjaga Penampilan
- Pengasuh Anak-anak
- Penyedia Hidangan
Baca Para Suami,
Pahami 5 Fungsi Istri Agar Kita Sabar untuk penjelasan lebih rincinya.
2 komentar
komentar(y)
Reply:)
Reply